Ahad, 12 April 2009

Sisi Yang Tidak Harus Terlupakan



Saat Diri Merasa Gundah
Kegiatan yang banyak dan mengasyikkan, bahkan aktivitas da’wah, yang bagi sebagian orang adalah menyenangkan, terkadang dapat membuat hati tidak khusyu. Tanpa disadari, kita kehilangan rasa kehambaan ketika berda’wah dan dalam melakukan kegiatan lainnya. Datang riya dan ujub tanpa dapat kita hadang. Lalu rusaklah amal-amal kita. Yang tersisa adalah puing-puing yang berserakan di hati.
Hati yang berantakan inilah yang menimbulkan kegundahan dan waswas serta ketidak-khusyuan. Hati disibukkan dengan memikirkan dan membayangkan berbagai aktivitas. Namun kosong dari mengingat Allah. Kosong dari kekhusyuan. Yang ada hanyalah kesenangan duniawi, riya, ujub, dan keburukan lain yang muncul tanpa kita sadari.
Sholat menjadi hambar. Tidak ada rasa rindu dan kesyahduan dalam munajat. Tak ada rasa manis dalam sujud. Yang ada hanyalah gerakan kosong dan mantra yang tak dapat dipahami maknanya oleh ruh dan hati.
Jika kita telah sadar akan hal ini, datang lagi bisikan syaithan agar kita meninggalkan itu semua untuk merenung. Tampaknya bijaksana, namun menipu. Yang kita perlukan ketika gundah itu justeru memperbanyak amal shalih. Tetap melakukan amal-amal tersebut dengan menghadirkan Allah dalam hati, itulah yang perlu dilakukan.
Tetaplah sholat dengan berusaha untuk khusyu. Tetaplah berda’wah dan berusaha untuk ikhlash. Tetaplah membaca Al-Qur’an dan memperbaiki tajwid serta pemahamannya. Tetaplah berwirid dengan menghadirkan Allah dalam hati. Pupuklah rasa kehambaan itu. Maka akan Anda rasakan rasa manis yang tak akan Anda dapatkan dari makanan maupun minuman apapun.

Kegundahan bukan datang dari banyaknya aktivitas dan pemikiran. Tetapi muncul dari hampanya hati dari mengingat Allah. Mengingat Allah dalam setiap hal dan keadaan itulah yang akan mendatangkan ketenangan. Camkanlah, bahwa hanya dengan mengingat Allah itulah hati menjadi tenang. Segala aktivitas akan menjadi tak berarti dan hampa tanpa adanya dzikrullah.
Apalah artinya kegiatan yang kita lakukan jika tidak mendatangkan ketenangan karena ketiadaan dzikrullah?

Maka dzikrullah itulah yang menjadikan hidup dan kegiatan kita menjadi berarti. Bukankah kebahagiaan itu adalah hidup yang tanpa kegundahan, kecemasan dan kesedihan? 

Bukankah kebahagiaan itu adalah hidup yang penuh ketenangan dan kedamaian? Dan itu semua dapat dicapai dengan dzikrullah, dzikrullah dalam setiap hal dan keadaan.

www.freehotarticle.com


  © Blogger template 'Soft' by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP